Membentuk Loyalitas Kopri, Untuk Terciptanya Kampus Ramah Gender

Kopri PMII Komisariat Syamsul Ulum Cabang Kota Sukabumi











Berbicara tentang Loyalitas, memang tak asing lagi di telinga kita. Terutama di dunia organisasi. Loyalitas adalah nilai yang tidak bisa dibeli. Loyalitas artinya suatu kesetiaan/setia.

Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. 

Lalu apa itu Kopri?

Kopri adalah suatu Wadah PMII putri agar memiliki ruang gerak ini sendiri untuk beraktivitas dan bebas mengeluarkan pendapat atau apapun.

Langkah awal untuk membentuk Loyalitas kopri ialah dengan menumbuhkan "Kebersamaan". Nah, Kebersamaan ini menjadi suatu daya tarik seseorang akan kenyamanan. Dengan kebersamaan semua menjadi lebih mudah.

Tetapi untuk menjunjung Kebersamaan, tak bisa begitu saja. Ada banyak perbedaan sifat ataupun watak, belum lagi egosentris yang berperan didalamnya. PR kita hanyalah bisa memahami dan mengesampingkan ego yang berperan. Jika kamu orang yang cuek, cobalah humble dan lakukan pendekatan emosional dengan kopri agar mereka merasa diperhatikan, dengan itu akan mudah terbentuk kebersamaan.

Langkah selanjutnya ialah dengan menjadikan Kopri suatu Wadah kamu untuk berkembang didalamnya ataupun menjadikan Kopri menjadi ruang gerak untuk mu. Apa potensi yang kamu miliki? Perdalami dan berkembanglah dengan saling support satu sama lain. Meminta pendapat dan masukan lalu terus perdalami. Dengan seperti itu akan semakin terjalin komunikasi yang baik. Dan semakin nyaman kamu menjadi bagian di kopri.

Membahas tentang Kampus yang Ramah Gender. Jarang sekali kita temukan.

Berawal dari pemahaman yang kurang daripada para elemen Kampus tentang Gender dan kesetaraannya. Juga masih adanya budaya kental tentang Diskriminasi perempuan.

Ada beberapa permasalahan di kampus yang masih bias gender ialah :

1. Diskriminasi

Diskriminasi perempuan masih terjadi di lingkungan kampus. Karena budaya patriarki yang masih kental mengakibatkan penilaian sebelah mata terhadap perempuan. Anggapan tersebut tidak bisa kita biarkan begitu saja. Karena ruang gerak perempuan akan semakin disempitkan.

2. Pelecehan seksual

Tidak memandang itu kampus umum ataupun agamis, pelecehan seksual masih terjadi. Bukan karena latarbelakang identitas kampus tersebut, tapi kembali kepada SDM itu sendiri. Dan tidak hanya dari Mahasiswa terhadap mahasiswa saja, tapi pada realitanya ada pelecehan seksual dari dosen terhadap mahasiswa. Dari mulai pelecehan jenis catcalling hingga menjurus ke pelecehan seksual.

3. Superioritas

Superioritas ataupun anggapan kuasa laki-laki terhadap perempuan masih ada kaitannya dengan diskriminasi perempuan. Karena tetap saja para perempuan di marginalkan. Tetap saja menjadi nomor dua dan dibawah laki-laki. 

4. Subordinasi

Subordinasi ataupun menomorduakan perempuan. Di lingkungan mahasiswa, peran kepemimpinan seorang perempuan bisa dibilang jarang. Selain dari budayanya laki-laki yang terus menjadi pemimpin karna budaya patriarki yang masih kental dari lingkungan maupun diri, juga karena kurangnya kepercayaan terhadap seorang perempuan yang akhirnya perempuan di subordinasi atau dinomorduakan. 

Padahal kualitas dan kemampuan bekerja tidak bisa dilihat dari identitas gender, tetapi dari kapasitas dan kesanggupannya memikul tanggung jawab.

Kembali ke membentuk loyalitas, setelah dua poin diatas tadi yaitu meningkatkan kebersamaan dan menjadikan kopri sebagai ruang bergerak, dilanjutkan dengan penyadaran kolektif akan permasalahan ketidak Adilan gender yang terjadi pada lingkungan kampus. Dimulai dengan peningkatan kualitas perempuan oleh diri sendiri untuk menyadarkan bahwa 

perempuan sama-sama mengambil peran agar semakin terkikisnya budaya patriarki. Lalu adakan ruang diskusi untuk penyadaran tentang Diskriminasi perempuan dan permasalahan ketidak Adilan gender di lingkungan kampus, lalu satukan pergerakan dan mulai perubahan.


Rabu, 25 November 2020

Penulis : Intan Puspita Sari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menegaskan Hukum Alam Dalam Sistem Kaderisasi

Harlah Kopri Ke-53, PMII: Perempuan Harus Mampu Menjadi Pemimpin

Pengesahan UU Ciptaker, PC PMII Kota Sukabumi : Jangan Sok Tau Tentang Kebahagiaan Rakyat.