Belajar Dari Sejarah Gerakan Mahasiswa
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) saat melakukan Aksi Demontrasi didepan Kantor Balai Kota Sukabumi. |
Realitas politik memang mengatakan keindependenan perguruan tinggi yang merupakan basis pendidikan nasional. Sehingga banyak harapan hadir, Ide- ide paling mutkahir tentang wacana kebangsaan dan emansipatoris denganpraksis sosial.
Mahasiswa sebagai agen agen intelektual bukan hanya berkutat di dalam ruang dinding akademis gedung kampus, tetapi juga duperhitungkan dalam lingkaran politik praktis kekuasaan sebagai kekuatan ekstra parlementer yang mampu mengontrol dan mempengaruhi pengambilan kebijakan pemerintah. Gerakan- gerakan mahasiswa di bingkai dalam sebuh narasi yang indah, seperti atas nama rakyat, atas nama bangsa dan atas demokratisasi, yang nantinya masyarakat akan melihat dan mendukung setiap gerakan mahasiswa sehingga akan terjadi gelombang people power yang massif dan progresif. Cita cita luhur gerakan mahasiswa jika di telisik ke perspektif yang lebih dalam setiap gerakan yang di bangun atas nama rakyat tidak lepas dari pembajakan tangan tangan kotor yang mengincar kekuasaan individu dan kelompoknya. Pertama, Gerakan mahasiswa 1945-1946 Bangkit karena goncangan sistem politik negara di awal awal revolusi yang tidak menentunya bentuk pemerintahan, seperti RIS, demokarasi liberal dan demokrasi terpimpin sebelum kembali lagi ke republik, ini disebabkan karena tekanan internal seperti pemeberontkan dan tekanan eksternal pasca perang dunia kedua yaitu perebutan ideologi atau cool ward antara blok barat dengan ideologi liberalisme kapitalisme dan blok timur dengan ideologi komunisme nya. Kemudian dalam faktor ekonomi indonesia pada waktu itu mengalami inflasi yang sangat hebat bahkan sampai mencapai 600% di puncak terparahnya, sehingga kemiskinan di desa ataupun di kota tidak bisa terbendung lagi. Kekuatan mahasiswa memang mampu menggulingkan kekuasaan besar atas negara yang di proklamasikannya. Namun, perlu di ingat kekuatan mahasiswa tidak muncul dengan sendiri sebagai super power, tetapi disokong oleh inflitrasi ABRI lewat badan kerjasama pemuda militer, hasil perjuangan mahasiswa justru mengantarkan soeharto ke tampuk kekuasaan orang nomer satu di indonesia yang justru berangkat dari kalangan militer yang memang disokong oleh kekuatan blok barat untuk menjatuhkan kekuasaan bung karno yang lebih condong ke blok timur. Kedua, Gerakan mahasiswa 1966-1998 Banyak terjadi pergolakan dalam kurun waktu tersebut seperti gerakan mahasiswa pada tragedi malari, terjadi pembakan bembakaran produk produk jepang di indonesia, hal ini sebenar nya hanya termakan propaganda dari amerika serikat yang merebutkan pangsa pasar di indonesia, karena tragedi ini dijawab oleh rezim soeharto lewat kebijakan NKK/BKK. Kemudian pada puncak nya pada periode ini terjadi pada akir dan awal 1997-1998, ketika terjadi goncangan ekonomi hampir semua negara asia tenpa terkecuali indonesia mengalamai kerisis moneter yang habat, selain persoalan ekonomi yang utama gerakan mahasiswa juga di dorong oleh rezim otoriter soeharto selama 32 tahun yang semena mena mongorbankan rakyat atas nama pembangunan lewat rencana pembangunan lima tahun atau REPELITA. Polanya terulang lagi seperti kejatuhan masa orde lama, orde lama ke era reformasi mahasiswa hanya sebatas yang menggulingkan simbol kekuasaan yaitu soeharto sendiri sementara kroni kroni nya sampe hari ini masih menempel di tubuh kekuasaan dan menjadi penghisap kekayaan negara Mahasiswa seakan tidak mempunyai agenda jangka panjang untuk membangun kekuatan politik nasional dan menyelamatkan keadaan negara ke arah yang lebih baik. Bahkan sebelum kejatuhannya soeharto dengan cerdik merangkul kelompok mahasiswa HMI dan kelompok islam lain nya lewat jargon " ijo royo royo " untuk melanggengkan kekuasaannya. Begitupun gerakan mahasiswa PMII sebagai garda terdepan dalam melawan rezim orde beru bersama dengan gus dur sebagai simbol perjuang civil society, mengalami kebingungan ketika gus dur menjadi orang nomer satu di indonesia, sebelum di jatuhkan oleh konspirasi politik maha tinggi. PMII terbelah anatara yang struktur dan kultur meraka yang akan terus melanjutkan simpul simpul perjuangan atau berhenti menganggap sudah selesai. Hari ini gerakan mahasiwa harus bisa belajar dari gerakan terdahulu jangan sampai kesalah kesalan nya terulang lagi tanpa menapikan keberhasilannya, Apalagi tantantangan hari ini jauh lebih kompleks melawan oligarki dan korporasi dengan penjajahan gaya baru yang di usung lewat liberalisasi dan hegemoni teknologi Penulis : Dede Nuryana |
Komentar
Posting Komentar